by

Kementan Dorong Penguasaan Teknis Petugas Penanganan Gangguan Reproduksi Ternak

MARGOPOST.COM | BOGOR – Dalam rangka meningkatkan penguasaan teknis dilapangan sehingga mampu mendorong pengembangan sumberdaya manusia yang terampil dan professional, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara kembali melatih 39 orang peserta penanganan gangguan reproduksi ternak Angkatan kelima.

Peserta yang berasal dari berbagai kabupaten ini diberikan penugasan lapangan untuk dapat melakukan observasi secara langsung di beberapa lokasi pada 22-26 November 2024, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi, keterampilan teknis dan profesionalitas dalam menangani berbagai gangguan reproduksi diwilayah kerjanya masing-masing.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan menegaskan pentingnya SDM sebagai penggerak utama pembangunan pertanian. Ia menyatakan bahwa SDM pertanian harus memiliki kompetensi yang unggul.

“SDM pertanian harus memegang prinsip utama, yaitu memiliki kompetensi yang tinggi, bekerja dengan kualitas terbaik, fokus, cepat, dan berorientasi pada hasil,” ungkap Amran.

Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsanti, juga menegaskan bahwa sinergi antara penguasaan teoritis dan teknis melalui konsep link and match sangat penting. Hal ini bertujuan agar proses penyiapan dan penyediaan SDM dapat berjalan dengan optimal dan professional.

Pembekalan teknis bagi peserta ini merupakan unsur pembelajaran dengan proporsi yang lebih besar (102 JP) dibandingkan teoritis/materi dasar (6 JP) yang sebelumnya telah diberikan pada tanggal 19-21 November 2024 lalu.

Tedy Cahyo Sulistyo Widodo saat membuka pelatihan secara resmi pada Senin, (18/11/2024). mengungkapkan pelatihan gangrep termasuk pelatihan yang tidak mudah, kita harus cari bahan praktik sapi-sapi yang mengaalami gangrep, untuk dapat memastikan semua peserta dapat mempelajari berbagai macan gangguan yang beragam di lapangan.

“Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan praktis dan keterampilan kepada para peserta dalam mengidentifikasi dan menangani berbagai gangguan reproduksi pada ternak, seperti infertilitas, distokia (kesulitan melahirkan), hingga infeksi saluran reproduksi sehingga dalam pelatihan ini jam pembelajaran teknis lebih diperbanyak dan diperbesar,” jelas Tedy.

Lebih lanjut Tedy juga mengungkapan bahwa proposi pembelajaran secara teknis ini juga sudah disesuaikan dengan standar kompetensi yang berlaku, sehingga peserta tidak diberan penugasan yang asal-asalan.

“Untuk penugasan observasi lapangan ini kita bekerjasama dengan dinas-dinas yang berada di kabupaten Garut, Subang, dan juga Sumedang, karena daerah-daerah tersebut kasus ganguan reproduksinya masih tinggi, sehingga para peserta diharapkan dapat benar-benar mempelajari berbagai macam gangguan reproduksi terbak secara ril di lapangan,” pungkas Tedy.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *